Jumat, 04 Oktober 2013

Gejala-gejala kanker hidung

Kanker hidung atau karsinoma nasofaring (KNF) adalah penyakit kanker ganas yang menyerang rongga hidung (nasofaring). Kanker ini sering diderita oleh orang-orang yang berumur 15-25 tahun atau 60—65 tahun. Penderita kanker tersebut lebih dominan laki-laki ketimbang perempuan.
Berdasarkan data statistik, diketahui bahwa kanker ganas itu banyak diderita oleh penduduk di negara-negara Asia Tenggara dan Provinsi Sechuan, yang terkenal dengan kelezatan masakannya, yakni di daratan Cina. Sebenarnya, apa saja gejala dan penyebab KNF? Sejumlah hasil penelitian menerangkan bahwa gejala-gejala yang akan ditimbulkan oleh kanker hidung adalah sebagai berikut:

1.   Gejala-gejala pada Hidung


Beragam gejala pada hidung merupakan gejala dini kanker nasofaring. Gejala tersebut dapat berupa sumbatan hidung. Hal ini bersifat menetap lantaran pertumbuhan tumor ke dalam rongga nasofaring. Gejala itu menyerupai pilek kronis, yang terkadang disertai gangguan penciuman dan adanya ingus yang kental.

Gejala pada hidung juga bisa berupa mimisan. Pendarahan dapat timbul berulang-ulang, jumlahnya sedikit, dan bercampur ingus, sehingga berwarna merah jambu atau terdapat garis-garis darah halus. Kita perlu mewaspadai kanker nasofaring jika terjadi beberapa hal.

Pertama, kita menderita pilek dalam waktu lama atau lebih dari satu bulan saat berusia di atas 40 tahun, padahal tidak didapati kelainan lain pada hidung.

Kedua, kita menderita pilek dalam waktu lama, ingus kental dan berbau, serta terdapat garis-garis darah tanpa kelainan hidung dan sinus paranasal (dekat hidung).

Ketiga, kita sering mimisan tanpa sebab tertentu ketika berumur di atas 40 tahun.

2.   Gejala Telinga


Gejala-gejala pada telinga bisa berupa gangguan pendengaran (kurang/sukar mendengar), seolah-olah ada cairan dalam telinga, dan telinga berdenging (di satu sisi telinga). Gejala-gejala tersebut merupakan gejala dini yang mesti diperhatikan secara saksama, terutama jika gejala itu menetap atau hilang dan timbul tanpa penyebab yang jelas.

3.   Gejala Pembesaran Kelenjar Leher


Gejala pembesaran kelenjar leher dialami oleh banyak orang, yang membuat mereka harus segera berkonsultasi dengan dokter. Mereka mengeluhkan adanya pembesaran kelenjar leher di satu sisi ataupun dua sisi. Saat itulah, sebenarnya kanker tersebut telah menyebar. Kanker (benjolan) teraba keras dan tidak nyeri.

4.   Gejala-gejala Berat


Biasanya, meskipun sudah ada benjolan, tetapi tidak terasa sakit, maka benjolan tersebut diabaikan saja oleh sebagian orang, apalagi bila hanya mimisan atau hidung berbau. Namun, gejala kanker nasofaring akan menyebabkan gangguan pada penglihatan dan kelumpuhan otot-otot kelopak mata, sehingga penderita tidak bisa membuka mata secara normal, pandangan menjadi ganda, serta timbul rasa nyeri yang hebat pada kepala.

Jika telah menyerang saraf di daerah mulut, maka gejala kanker nasofaring akan menyebabkan penderita sulit menelan dan terasa nyeri saat menelan makanan, tidak bisa bersuara, dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, hal-hal tersebut mengakibatkan kondisi fisik dan sosial penderita semakin menurun secara drastis.

5.   Gejala-gejala yang Lebih Berat


Sesungguhnya, yang paling berat dan parah adalah sel-sel kanker menyebar ke organ-organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, dan tulang, melalui darah dan aliran limfa. Gejala-gejala yang timbul sesuai dengan gejala yang dikarenakan kerusakan organ-organ tersebut. Apabila didapati gejala penyerta, misalnya nyeri tulang, sesak, asites, dan lain sebagainya, maka hal ini merupakan tanda suatu penyakit yang sukar disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat meringankan penderita semasa hidupnya hingga meninggal.

Penyebab utama KNF adalah virus EBV (Epstein Barr Virus), kondisi ventilasi, serta udara pernapasan yang tidak baik, seperti banyak asap yang mengandung polutan bahan kimia dan asap rokok. Selain itu, yang berperan dalam terjadinya KNF ialah terbentuknya zat nitrosamine bersifat fatal, yang memicu sel-sel hidung yang normal agar mengalami perubahan ganas menjadi sel-sel kanker.

Nitrosamine terbentuk saat daging asap atau ikan asin dimasak. Ketika itu, kandungan protein dalam daging dan ikan membentuk bahan aktif nitrosamine yang sangat berbahaya. Uap dari masakan tersebut terhirup oleh orang-orang yang mengkonsumsinya dalam kondisi masih panas. Contoh makanan yang biasa dikonsumsi dalam keadaan panas ialah Chinese food. Makanan jenis ini sangat lezat dinikmati saat panas. Jika sudah dingin, makanan itu tak terasa enak.

Maka, kita mesti memperhatikan beragam hal yang berkaitan dengan ventilasi udara di dalam rumah. Terkait ini, kita perlu mencermati data statistik yang menunjukkan bahwa penduduk Eskimo yang rumahnya bulat tanpa jendela lebih banyak terkena KNF ketimbang ras Kaukasus yang tinggal di rumah berventilasi lapang dan sehat.

Sama halnya dengan penduduk Indonesia dari suku Dayak di Pulau Kalimantan yang lebih banyak mengidap KNF dibandingkan penduduk yang tinggal di kota-kota lain di Pulau Kalimantan. Dengan sirkulasi udara yang tidak baik, virus EBV berkembang biak dengan subur. Asap dari dapur juga akan terhirup oleh seluruh penghuni rumah bila tidak ada cerobong asap atau cooker hood yang membuang asap dapur keluar rumah. Asap lain di dalam rumah yang cukup berbahaya, yakni asap obat anti nyamuk yang dipasang sepanjang malam di dalam kamar, sehingga menyesakkan hidung.

Dari sejumlah gambaran tersebut, kita bisa mengetahui fenomena yang terjadi di Provinsi Sechuan, yang sangat popular dengan seni di bidang kuliner, yaitu penduduk di sana lebih banyak terkena KNF ketimbang provinsi lain di daratan Cina. Ditinjau dari aspek kesehatan, mengonsumsi makanan yang diawetkan memang sangat tidak baik dan berisiko menimbulkan kanker, misalnya daging asap, lidah asap, ikan asin, dan makanan dalam kaleng yang diberi pengawet bahan kimia agar tahan lama.

Guna menghindari risiko terkena KNF, hendaknya kita membeli sayur, buah, dan daging dalam keadaan segar, misalnya di tempat petani atau pasar tradisional. Dan, sebaiknya kita tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang telah diawetkan.

Sejumlah faktor lingkungan juga meningkatkan risiko terjadinya kanker. Di antaranya ialah makanan yang dibakar tanpa menggunakan alas, sehingga ia langsung terkena arang dan api yang menyebabkan kanker. Hal ini dikarenakan arang mengandung zat karsinogen sebagai sel pemicu kanker.

By : Cindy Angelina :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar